Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - BENGALURU. Harga minyak mentah menetap lebih tinggi pada hari Jumat didorong oleh kekhawatiran pasokan baru setelah produsen OPEC+ menolak seruan Amerika Serikat (AS) untuk mempercepat peningkatan produksi bahkan ketika permintaan mendekati tingkat pra-pandemi.
Jumat (5/11), harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman Januari 2022 ditutup naik US$ 2,20 atau 2,73% menjadi US$ 82,74 per barel.
Sementara, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Desember 2021 ditutup menguat US$ 2,46 atau 3,1% menjadi US$ 81,27 per barel.
Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya termasuk Rusia, yang secara kolektif dikenal sebagai OPEC+, sepakat untuk tetap pada rencana mereka guna meningkatkan produksi minyak sebesar 400.000 barel per hari mulai Desember.
Padahal sebelumnya, Presiden AS Joe Biden telah menyerukan produksi ekstra untuk mendinginkan kenaikan harga.
Keputusan OPEC untuk tetap berada di jalur dan kurangnya respons substansial dari pemerintahan Biden membuat reli minyak terus berlanjut, kata Bob Yawger, Director of Energy Futures di Mizuho.
Baca Juga: Harga minyak rebound, WTI tetap di bawah US$ 80 per barel di pagi ini (5/11)
Hanya upaya terkoordinasi, dengan China dan lainnya yang terlibat, yang akan mengatasi kekurangan barel di pasar, tambah Yawger.
Gedung Putih mengatakan akan mempertimbangkan semua alat yang ada untuk menjamin energi yang terjangkau, termasuk kemungkinan melepaskan minyak dari cadangan minyak strategis (SPR).
Sentimen juga diperoleh dari data yang menunjukkan pekerjaan AS meningkat lebih dari yang diharapkan pada bulan Oktober.
"Pasar tahu bahwa pelepasan cadangan strategis hanya dapat memiliki efek bearish sementara pada harga yang cepat dan bukan solusi jangka panjang untuk ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan," kata Head of Oil Markets Rystad Energy Bjornar Tonhaugen dalam sebuah catatan.
Brent turun untuk minggu kedua berturut-turut, tergelincir sekitar 2%, sementara WTI turun 2,7%.
"Sementara faktor-faktor seperti musim dingin yang sangat dingin - yang dapat mendorong penggunaan lebih banyak minyak untuk pemanasan - dapat mendukung harga, akan sulit bagi Brent untuk menembus di atas angka US$ 87 per barel," kata Ann-Louise Hittle, Vice President, Oils Research di konsultan Wood Mackenzie.
Dia juga mencatat kapasitas terbatas untuk beralih gas ke minyak meskipun harga tinggi.
Sebagai ungkapan terimakasih atas perhatian Anda, tersedia voucer gratis senilai donasi yang bisa digunakan berbelanja di KONTAN Store.
Harga minyak ditutup melonjak lebih dari 2,7%, dibayangi kekhawatiran pasokan - Investasi Kontan
Read More
No comments:
Post a Comment