(Vibiznews – Commodity) – Sampai minggu ke dua bulan Desember dan akan berakhir tahun 2021, harga minyak sawit masih pada harga yang tinggi penyebabnya adalah kekurangan pekerja sehingga produksi turun, dan ekspor masih naik.
Pada seminggu ini harga minyak sawit naik 3.2% dari minggu lalu, kenaikan tiga minggu berturut-turut.
Harga minyak sawit Februari pada hari Senin 13 Desember ditutup turun 17 ringgit atau 0.35% menjadi 4,783 ringgit perton karena mengikuti turunnya harga minyak kedelai.
Harga minyak sawit Februari pada hari Jumat 10 Desember 2021 di Bursa Malaysia Derivatives Exchange ditutup naik 22 ringgit atau 0.46% menjadi 4,800 ringgit ($1,140.14) per ton.
Ekspor minyak sawit dari 1-10 Desember tidak mengalami perubahan dari bulan lalu di 544,059 ton menurut Cargo surveyor Amspec Agri.
Laporan Bulanan Persediaan dan Permintaan dari The Malaysian Palm Oil Board (MPOB) :
- Produksi CPO turun 5.27% dari bulan lalu menjadi 1.63 juta ton di Nopember dari 1.725 ton di Oktober.
- Ekspor minyak sawit naik 3.3 % dari bulan lalu menjadi 1.468 juta ton Nopember dari 1.420 juta ton di Oktober
- Ekspor biji sawit naik 30.44% dari bulan lalu menjadi 123,005 ton di Nopember dari 94,302 ton di bulan Oktober
- Persediaan akhir total turun 0.96% dari bulan lalu menjadi 1.816 juta ton di Nopember dari 1.834 juta ton di Oktober.
- Persediaan akhir CPO turun 4.45% menjadi 942,354 ton di Nopember dari 986,239 ton di Oktober
Masalah kekurangan tenaga kerja di perkebunan sawit di Malaysia
Para produsen minyak sawit di Malaysia sedang meningkatkan penerimaan pekerja di perkebunan kelapa sawit yang selama ini mengalami kekurangan tenaga kerja, mereka sedang memikirkan biaya yang harus dikeluarkan untuk penerimaan ini dan ditambah dengan harga pupuk yang tinggi pada saat ini.
Kekurangan tenaga kerja dan mahalnya harga pupuk menyebabkan produksi minyak sawit berkurang sehingga menaikkan harga minyak sawit pada rekor tertinggi sepanjang zaman di Bulan Oktober. Inilah yang mempengaruhi harga bahan makanan menjadi tinggi di dunia dan juga menaikkan biaya pembuatan dari kosmetik dan detergen dan barang-barang lain yang menggunakan minyak sawit sehingga tingkat inflasi menjadi meningkat.
Masalah yang dialami oleh produsen minyak sawit di Malaysia, kekurangan pekerja yang ahli dan berpengalaman sehingga menjadi tugas yang sulit.
Untuk mencari pekerja murah di Malaysia maka para produsen mengalami kesulitan karena para pekerja di Malaysia lebih memilih menjadi pekerja di kota-kota dari pada bekerja di perkebunan sawit.
Sampai bulan April tahun lalu 337,000 pekerja asing di perkebunan sawit Malaysia berasal dari Indonesia 80% dari tenaga kerja. Selama pandemi covid semua tenaga kerja asing pulang ke negaranya dan Malaysia juga menutup perbatasannya dan melarang perpanjangan ijin pekerja asing untuk mencegah penyebaran pandemi covid di Malaysia. Para pekerja asing ilegal juga di deportasi.
Sehingga hasil minyak sawit Malaysia turun ke jumlah terendah 40 tahun pada tahun ini karena perkebunan sawit dijalankan dengan pekerja yang berkurang 75,000 orang dari yang dibutuhkan.Turunnya produksi membuat harga minyak sawit mencapai harga tertinggi dan mendorong inflasi pada harga makanan Masalah yang dialami oleh produsen minyak sawit di Malaysia, kekurangan pekerja yang ahli dan berpengalaman sehingga menjadi tugas yang sulit.
Untuk mencari pekerja murah di Malaysia maka para produsen mengalami kesulitan karena para pekerja di Malaysia lebih memilih menjadi pekerja di kota-kota dari pada bekerja di perkebunan sawit.
Sampai bulan April tahun lalu 337,000 pekerja asing di perkebunan sawit Malaysia berasal dari Indonesia 80% dari tenaga kerja. Selama pandemi covid semua tenaga kerja asing pulang ke negaranya dan Malaysia juga menutup perbatasannya dan melarang perpanjangan ijin pekerja asing untuk mencegah penyebaran pandemi covid di Malaysia. Para pekerja asing ilegal juga di deportasi.
Sehingga hasil minyak sawit Malaysia turun ke jumlah terendah 40 tahun pada tahun ini karena perkebunan sawit dijalankan dengan pekerja yang berkurang 75,000 orang dari yang dibutuhkan. Turunnya produksi membuat harga minyak sawit mencapai harga tertinggi dan mendorong inflasi pada harga makanan.
Pergerakan harga minyak sawit pada minggu ke dua Desember
Harga minyak sawit Februari pada hari Jumat 10 Desember 2021 di Bursa Malaysia Derivatives Exchange ditutup naik 22 ringgit atau 0.46% menjadi 4,800 ringgit ($1,140.14) per ton
Harga minyak sawit Februari pada hari Kamis 09 Desember 2021 di Bursa Malaysia Derivatives Exchange turun 66 ringgit atau 1.36% menjadi 4,775 ringgit ($1,132.86) per ton.
Harga minyak sawit Februari Hari Rabu 08 Desember 2021 di Bursa Malaysia Derivatives Exchange turun 90 ringgit (1.83%) menjadi 4,841 ringgit ($1,148.52)
Harga minyak sawit Februari pada hari Selasa 07 Februari 2021 Di Bursa Malaysia Derivatives Exchange naik 181 ringgit atau 3.81% menjadi 4,931 ringgit ($1,165.72) per ton, harga tertinggi sejak 22 Nopember.
Harga minyak sawit Februari pada hari Senin 06 Desember 2021 di Bursa Malaysia Derivatives Exchange naik 101 ringgit atau 2.17% menjadi 4,751 ringgit ($1,123.17) per ton setelah naik 3.9% pada sesi sebelumnya.
Pergerakan harga minyak sawit pada minggu ini juga dipengaruhi dari faktor minyak nabati saingan seperti minyak kedelai yang pada akhir bulan ini bergerak naik turun dengan gelombang kecil masih di harga tertingginya, demikian juga minyak mentah mencapai harga tertingginya namun tidak turun tajam sekali masih di harga tinggi.
Hal ini membuat harga minyak sawit masih tetap berada di harga tinggi.
Indonesia mengalami turunnya ekspor minyak sawit, terutama CPO karena adanya peraturan tidak boleh mengekspor bahan mentah, jadi ekspor minyak sawit Indonesia dalam bentuk minyak sawit olahan, sehingga biaya restribusi dan pajak ekspor untuk CPO dinaikkan, para pembeli CPO beralih ke Malaysia, akibatnya ekspor Malaysia masih naik.
Permintaan akan biodiesel sebagai bahan substitusi bahan bakar fosil akan lebih ditingkatkan dibanding biofuel. Jadi apabila biodiesel permintaannya meningkat maka harga minyak sawit akan terdorong naik kembali.
Kesimpulan:
Sekalipun harga minyak sawit sempat turun pada dua minggu terakhir tetapi selama 3 minggu berturut-turut harga mingguan masih naik.
Penyebab turunnya harga minyak sawit disebabkan kabar virus covid varian omicron, namun kekhawatiran tersebut sudah mereda sehingga harga komoditas kembali naik, demikian juga harga minyak mentah, sehingga mendorong kenaikan harga biodiesel.
Sampai akhir tahun diperkirakan harga minyak sawit masih berada di ketinggian, karena produksi bisa meningkat baru pada panen berikut di bulan September – Oktober 2022.
Analisa tehnikal untuk minyak sawit dengan support pertama 4,730 ringgit kemudian ke 4540 ringgit sedangkan resistant pertama di 4,850 ringgit kemudian ke 5,030 ringgit
Loni T / Senior Analyst Vibiz Research Centre Division, Vibiz Consulting
Mengapa Harga Minyak Sawit Masih Tinggi di Akhir Tahun ? - Vibiznews
Read More
No comments:
Post a Comment