Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara masih bergerak negatif dan melanjutkan tren penurunan. Kendati demikian, harga si batu hitam diperkirakan masih akan kuat dan berada di kisaran US$ 400/ton hingga tahun depan.
Pada perdagangan Senin (28/3/2022), harga batu bara ditutup melemah 4,01% di level US$ 253,6/ton. Akhir pekan lalu, harga batu bara juga melemah 4,25%.
Padahal, sepanjang Selasa-Kamis (22-24 Maret 2022), harga batu bara dalam tren kenaikan setelah melewati periode negatif (10-21 Maret 2022). Kendati turun dalam dua hari terakhir, dalam sepekan, harga batu bara masih naik 1,58% point to point sementara itu dalam sebulan masih menguat 0,83% dan 105,7% dalam setahun.
Harga batu bara memang turun selama dua pekan tetapi lembaga rating ICRA memperkirakan harga batu bara akan terus naik secara perlahan-lahan karena mencari titik keseimbangan antara pasokan dan permintaan.
"Karena harga batu bara yang sangat tinggi di Maret tahun ini maka harga batu bara diperkirakan akan tetap bertahan tinggi hingga 2023. Harga batu bara di kuartal IV-2023 kemungkinan akan berada di antara US$ 300-350/ton. Untuk keseluruhan tahun, harga mendekati US$ 400 sebagai basis," tutur Ritabrata Ghosh, Sector Head and AVP dari ICRA, seperti dikutip dari CNBC International.
Dalam sebulan terakhir, harga batu bara melonjak tajam karena ketegangan Rusia-Ukraina. Pada 28 Februari 2022, harga batu bara masih ada di level US$ 251/ton tetapi dengan cepat melonjak ke level US$ 300 bahkan US$ 400 per ton. Harga komoditas tersebut mencetak rekor baru pada 2 Maret lalu yakni US$ 446/ton.
Ritabrata menjelaskan dalam skenario pesimis batu bara akan berada di kisaran US$ 350/ton sementara skenario optimistis akan berada di kisaran US$ 500/ton. Pada kuartal I tahun depan, harga batu bara mungkin akan naik 45-55% karena belum seimbangkan pasokan dan permintaan akibat perang Rusia-Ukraina. Sebagai catatan, Rusia berkontribusi 17% dari pasokan thermal coal global dan 10% cooking coal.
"Harga batu bara akan bergerak di kisaran US$ 350-500/ton," tuturnya.
Sebelumnya, analis Industri Bank Mandiri Ahmad Zuhdi mengatakan kenaikan harga batu bara pada pekan lalu disebabkan kekhawatiran akan tambahan sanksi kepada Rusia, termasuk dilarangnya impor minyak dari Rusia. Kondisi ini membuat harga minyak melambung dan turut mendongkrak harga batu bara.
Naiknya kasus Covid-19 di China juga bisa membuat harga batu bara merangkak naik ke depan. Sebagai informasi, kasus Covid-19 di China terus melonjak. Terbaru, negara tersebut memberlakukan lockdown di pusat bisnis Shanghai setelah kota tersebut melaporkan kasus baru sebanyak 3.500 pada Minggu (27/3/2022).
"Harga batu bara tidak bisa dilihat dari fundamental saja tapi banyak faktor spekulasi juga. Batu bara masih berpotensi untuk naik tergantung dengan pergerakan harga minyak, tensi geopolitik, serta produksi untuk ekspor di China dan Australia," tutur Zuhdi, kepada CNBC Indonesia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
(mae/mae)
Jlok Anjlok! Harga Batu Bara Anjlok 4%... - CNBC Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment