JAKARTA, KOMPAS.com - Harga minyak mentah dunia yang terus naik dinilai akan memberatkan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) karena adanya subsidi bahan bakar minyak (BBM). Kenaikan harga BBM dinilai menjadi solusi, namun bukan hal mudah untuk diputuskan pemerintah.
Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhimengatakan, sebagai negara net importir, Indonesia sangat dirugikan dengan lonjakan harga minyak dunia. Hari ini harga minyak mentah Brent bahkan berada di level 128,88 dollar AS per barrel.
"Kenaikan harga minyak di atas 100 dollar AS per barel tentunya sangat memberatkan APBN. Semakin tinggi kenaikan harga minyak, beban APBN makin berat," ujar kepada Kompas.com, Senin (7/3/2022).
Baca juga: AS Bahas Embargo Rusia, Harga Minyak Dunia Sempat Sentuh 139 Dollar AS Per Barrel
Ia menjelaskan, APBN terbebani karena harus memberikan kompensasi ketika PT Pertamina menjual BBM di bawah harga keekonomian. Alhasil subsidi pun akan semakin membengkak jika harga jual BBM tak mengikuti pergerakan harga minyak dunia.
Menurut Fahmy, bila tidak ada kenaikkan harga BBM di dalam negeri, maka beban APBN semakin berat. Namun, penentuan harga BBM menjadi sangat dilematis bagi pemerintah, sebab kenaikan harga berpontensi menaikkan inflasi dan menurunkan daya beli masyarakat.
Dia menyarankan, agar pemerintah menaikkan harga BBM secara selektif mengingat saat ini harga minyak dunia sudah tembus di atas 100 dollar AS per barrel. Fahmy menilai kenaikan harga BBM bisa dilakukan pada jenis Pertamax dan menghapus Premium, tanpa menaikkan harga Pertalite.
Saat ini, Pertamina sendiri akhirnya menaikkan harga BBM non-subsidi, terdiri dari Pertamax Turbo, Pertamax Dex, dan Dexlite seiring dengan melonjaknya harga minyak dunia.
Baca juga: Perusahaan Minyak Rusia Ini Minta Vladimir Putin Hentikan Invasi ke Ukraina
"Kenaikan harga BBM selektif merupakan keputusan yang tepat dan cermat untuk mengurangi beban APBN, tanpa memicu inflasi dan memperburuk daya beli rakyat," kata Fahmy.
Menurutnya, menaikkan harga Pertamax dan golongan di atasnya tidak akan berpengaruh terhadap inflasi dan tidak menurunkan daya beli masyarakat. Alasannya, karena proporsi konsumennya kecil dan Pertamax tidak digunakan untuk tranportasi umum dan logistik.
"Sehingga (kenaikan BBM Pertamax dan golongan di atasnya) tidak secara langsung menaikkan biaya distribusi yang memicu kenaikan harga-harga kebutuhan pokok atau memicu inflasi dan memperpuruk daya beli rakyat," jelas dia.
Baca juga: Resmi Naik, Ini Daftar Harga Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamina Dex
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Lonjakan Harga Minyak Dunia Bebani APBN, Kenaikan BBM Jadi Solusi? - Kompas.com - Kompas.com
Read More
No comments:
Post a Comment