Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) melesat di sesi pembukaan perdagangan pada hari ini, Selasa (31/5/2022), di mana produksi CPO Malaysia diperkirakan akan berkurang 10% karena krisis tenaga kerja. Bagaimana tren selanjutnya?
Mengacu pada data kepada Refinitiv, pukul 08:20 WIB harga CPO dibanderol di level MYR 6.295/ton atau melonjak 1,01%.
Harga CPO masih drop yang masing-masing sebesar 2,88% secara mingguan dan 6,77% secara bulanan. Meski demikian, harga CPO masih melesat 61,78% secara tahunan.
Lantas, bagaimana tren ke depan?
Wang Tao, Analis Komoditas Reuters, menilai harga CPO hari ini akan menguji titik resistance di MYR 6.423/ton, karena harga telah stabil di sekitar titik support di MYR 6.220/ton.
Penembusan di atas titik resistance akan menyebabkan kenaikan ke kisaran MYR 6.516-6.577/ton. Sedangkan penembusan di bawah titik support, dapat menyebabkan penurunan hingga ke MYR 6.107/ton.
Sumber: Refinitiv
|
Kontrak minyak sawit berjangka Malaysia memperpanjang kerugian pada Senin (30/5) dan berakhir anjlok 1,81% menjadi MYR 6.232/ton (US$1.429,42/ton) karena produsen utama CPO dunia, yakni Indonesia akan mengeluarkan izin ekspor pertama sejak dibukanya kembali keran ekspor pada pekan lalu.
Indonesia telah menerima permintaan pertama untuk izin ekspor minyak sawit setelah pencabutan larangan ekspor CPO pekan lalu.
"Sampai pagi ini ada lima hingga enam perusahaan yang mengajukan permohonan dan sistem akan segera memprosesnya. Kami berharap izinnya bisa dikeluarkan hari ini," kata Veri Anggriono, pejabat senior Kementerian Perdagangan pada Senin (30/5) yang dikutip dari Reuters.
Indonesia mewajibkan perusahaan untuk mencadangkan bagian dari ekspor minyak sawit mereka untuk pasar lokal di bawah Kewajiban Pasar Domestik (Domestic Market Obligation/DMO) dan untuk bergabung dengan program minyak goreng curah yang dirancang untuk mempertahankan pasokan domestik dan menjaga harga yang tidak terkendali.
Pemerintah telah menargetkan pengiriman 1 juta ton ekspor minyak sawit selama periode waktu yang tidak diungkapkan, berdasarkan penjualan domestik perusahaan di bawah program tersebut. Target pengiriman tersebut, nyaris setengah dari volume ekspor Indonesia per bulannya sebelum larangan ekspor diberlakukan.
Eddy Martono, Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), berharap ekspor bisa segera kembali ke level sebelum larangan yakni 2,5 juta hingga 3 juta ton per bulan.
Menurut petani asal Riau, Ridho Ikhsan bahwa harga buah sawit telah stabil sejak pemerintah mengumumkan pencabutan larangan, tetapi banyak pabrik memiliki lebih banyak buah karena pasokan yang lebih tinggi dan tidak dapat menawarkan harga yang lebih tinggi kepada petani karena harga pupuk juga melonjak, sehingga biaya produksi akan menggerus keuntungan penjualan.
Sementara itu, Malaysia yang merupakan produsen CPO terbesar kedua masih menghadapi krisis tenaga kerja asing. Asosiasi Minyak Sawit Malaysia (MPOA) memperkirakan sekitar 52.000 pekerja migran akan tiba pada akhir tahun, tapi angka tersebut masih dinilai terlalu sedikit untuk produksi.
Kepala eksekutif MPOA Nageeb Wahab mengatakan bahwa pemerintah telah setuju untuk mengizinkan masuknya 20.000 pekerja yang aplikasinya disetujui sebelum perbatasan ditutup pada tahun 2020, di samping alokasi 32.000 pekerja untuk meredakan krisis tenaga kerja yang sedang berlangsung.
"Kami sudah berada dalam situasi yang mengerikan, memperkirakan kekurangan tenaga kerja saat ini di lebih dari 100.000 pekerja. Saya rasa pada Juli kita bisa melihat sejumlah besar (pekerja) masuk," tambah Nageeb.
Sebagai catatan, sektor minyak kelapa sawit Malaysia telah mempekerjakan sebanyak 337.000 pekerja asing pada April 2020. Namun, karena pandemi, banyak tenaga asing yang kembali pulang ke negaranya.
Terlepas dari masuknya pekerja, Nageeb mempertahankan perkiraan produksi 2022 di bawah 19 juta ton, dibandingkan dengan 18,1 juta ton di tahun 2021. Dia memperkirakan karena krisis tenaga kerja asing, Malaysia diperkirakan akan kehilangan produksi tahunan sekitar 3 juta ton atau 10%.
Meski ekspor CPO Indonesia telah dimulai dan mengerek turun harga CPO dunia kemarin, tapi krisis tenaga kerja asing di Malaysia dan potensi menurunnya produksi CPO, membuat harga CPO tetap stabil di sekitar MYR 6.000-an.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Sudah 4 Hari Harga CPO Naik Terus! Bos Sawit Makin Cuan Nih..
(aaf/vap)
Bos Sawit Mau Info, Harga CPO Kembali To The Moon! - CNBC Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment