Jakarta, CNBC Indonesia - Batu bara anjlok cukup dalam kemarin. Pada perdagangan Rabu (29/6/2022), harga batu kontrak Agustus di pasar ICE Newcastle ditutup di US$ 360 per ton. Anjlok 4,4%.
Harga tersebut adalah yang terendah sejak 17 Juni lalu atau dalam delapan hari perdagangan terakhir. Dalam sepekan, harga batu bara sudah ambrol 8,2% secara point to point.
Dalam sebulan harga batu bara juga sudah melemah 4,3% sementara dalam setahun masih melesat 189,7%.
Ambruknya harga batu bara disebabkan oleh makin memadainya pasokan batu hitam dan rencana peningkatan produksi di China. India, Jepang, hingga negara-negara Eropa telah meningkatkan pengiriman sepanjang Juni ini untuk memenuhi pasokan batu bara di pembangkit listrik mereka. Peningkatan pengiriman membuat kekhawatiran akan pasokan di negara-negara tersebut sedikit mereda.
S&P Global Market Intelligence memperkirakan pengiriman batu bara selama 26 hari pada Juni tahun ini mencapai 100,7 juta ton, melesat 13% (year on year/yoy).
Pengiriman mengalir keras dari Indonesia, Rusia, dan Australia. Pengiriman batu bara di tingkat global pada kuartal II-2022 diperkirakan mencapai 344,4 juta ton.
Pengiriman dari Rusia meningkat drastis terutama ke China, daratan Mediterania, barat laut Eropa serta India. Namun, pengiriman ke China turun sepanjang Juni ini karena meningkatnya produksi dan lesunya permintaan sebagai dampak panjang lockdown.
Pengiriman dari Indonesia ke India meningkat tajam selama kuartal II-2022. Peningkatan tersebut mengimbangi turunnya ekspor ke China. Sementara itu, ekspor Australia lebih banyak ditujukan ke Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan.
Pranay Shukla, dari S&P Global Market, mengatakan pada kuartal II-200, harga batu bara berkalori tinggi menjulang karena derasnya permintaan dari Eropa. Eropa mengejar waktu untuk mengisi kembali pasokan bara mereka menjelang larangan impor Agustus mendatang. Sementara itu, harga batu bara berkalori rendah naik drastis karena melonjaknya permintaan dari India.
"Pasar akan mencermati dengan hati-hati seperti apakah permintaan dari China di kuartal III. Kenaikan permintaan dari China bisa membuat harga batu bara ke level yang tidak pernah terbayangkan," tutur Pranay.
Harga batu bara melonjak drastis dalam dua pekan terakhir setelah Rusia memangkas pasokan gas ke sejumlah wilayah Eropa. Kebijakan Rusia tersebut membuat harga gas melejit.
Negara-negara Eropa kemudian memilih untuk menghidupkan kembali pembangkit listrik batu bara mereka. Harga batu bara pun melesat karena permintaan meningkat tajam.
Yan Qin, analis karbon dari Refinitiv, mengatakan harga gas akan lebih stabil atau cenderung menurun dalam beberapa hari ke depan karena aksi profit taking. Lonjakan harga gas pada pekan lalu juga lebih dipicu oleh aksi spekulan. Melemahnya harga gas juga berdampak kepada pergerakan harga batu bara ke depan.
Melemahnya harga batu bara juga disebabkan oleh upaya China untuk meningkatkan produksi. Provinsi Shanxi mengumumkan akan meningkatkan produksi batu bara hingga 107 juta ton menjadi 1,3 miliar ton pada tahun ini. Pada tahun depan, Shanxi akan meningkatkan produksi hingga 50 juta ton sehingga total produksi menjadi 1,35 miliar.
Shanxi yang terletak di sebelah utara China menyumbang sekitar 25% dari total produksi batu bara Negeri Tirai Bambu. Provinsi tersebut menghasilkan 528 juta ton batu bara mentah pada periode Januari-Mei 2022.
Terdapat 653 pertambangan batu bara di wilayah tersebut dengan kapasitas masing-masing sekitar 10 juta ton. Secara kumulatif, produksi batu bara China pada Januari- Mei mencapai 1,81 miliar, atau naik 10,4% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Tingginya produksi dan melemahnya permintaan membuat impor batu bara Beijing turun 13,6% menjadi 96 juta ton pada lima bulan pertama tahun ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Pekan ini Batu Bara Melesat 10%, Diprediksi Bisa Naik Lagi!
(mae/mae)
Kacau, Harga Batu Bara Ambles 4% Lebih! - CNBC Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment