Jakarta, CNBC Indonesia - Harga timah dunia saat ini hanya 50% dari rekor tertinggi sepanjang masa yang pernah dicapai empat bulan lalu. Pada 8 Maret 2022 harga timah mencapai US$ 48.650/ton. Sepanjang 2022, harga timah pun telah turun 35% point-to-point (ptp).
Pada Jumat (8/7/2022) pukul 13:32 WIB harga timah dunia tercatat US$ 25.125/ton, ambles 3,31% dibandingkan harga penutupan kemarin.
Rekor harga tertinggi yang pernah dicapai timah hingga Maret karena kekhawatiran pasokan yang ketat. Para produsen besar seperti Yunnan Tin, PT Timah, dan MSC produksinya turun karena pandemi virus Corona (Coronavirus Disease 2019/Covid-19). Ditambah kekhawatiran terhadap konflik Rusia dan Ukraina dapat menghambat produksi logam dunia.
Namun tren positif tersebut perlahan memudar setelah bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserves/The Fed, meninggalkan era suku bunga murah. Pada 17 Maret 2022 untuk pertama kali The Fed menaikkan suku bunga hingga 25 basis poin (bps), tepat seminggu setelah timah mencapai harga tertingginya.
The Fed pun kian agresif untuk menaikkan suku bunganya seiring dengan tingkat inflasi yang terus memanas. Tercatat sudah tiga kali dalam paruh pertama 2022, bank sentral yang dipimpin Jerome Powell itu menaikkan suku bunga. Tiap kenaikan pun makin agresif. Setelah 25 bps, naik menjadi 50 bps dan terakhir 75 bps.
Hal ini yang kemudian membuat pasar khawatir akan menimbulkan perlambatan ekonomi, hingga berujung resesi (amit-amit). Efek yang ditimbulkan dari resesi adalah ekonomi yang berhenti berdetak dan aktivitas industri menjadi lesu. Akibatnya permintaan timah sebagai logam industri akan susut.
Bangkitnya Covid-19 di China pun makin membebani laju harga timah. Prinsip nol-Covid yang dianut China membuat pasar komoditas menjadi sangat tidak pasti. Sebab China adalah konsumen terbesar logam.
Lockdown akan membuat ekonomi China menjadi melambat. Hal ini kemudian yang berpotensi membuat permintaan timah susut. Indikasinya sudah terlihat dari persediaan timah di gudang yang dipantau oleh bursa logam London (LME) yang terus naik. Ini berarti permintaan lesu, bahkan ketika persediaan masih ketat karena pabrik di China masih melakukan perawatan.
Pada 7 Juli 2022, persediaan timah di gudang LME tercatat 3.605 ton, naik 2.020 ton ptp sejak awal tahun.
Permintaan yang lesu makin diperparah saat Samsung Electronics, menurut laporan, telah menghentikan sementara pesanan baru dan meminta pemasok untuk menunda atau mengurangi pengiriman suku cadang selama beberapa minggu karena stok yang tinggi.
Penurunan permintaan semikonduktor dari Korea Selatan diperkirakan akan terjadi pada tahun ini dan akan membebani permintaan dan harga timah.
"Timah telah menjadi penyebab untuk ledakan yang kami alami dalam elektronik konsumen selama dua setengah tahun terakhir. Agar timah turun lebih jauh, orang perlu mengurangi (menjual) timah," kata analis Macquarie Marcus Garvey .
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Pasokan Terhambat Lagi, Harga Timah Lompat Lagi
(ras/ras)
Sejak Maret, Harga Timah Sudah Ambles 50% - CNBC Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment