NEW YORK, KOMPAS.com – Harga minyak mentah dunia naik pada perdagangan Rabu (24/8/2022) waktu setempat. Pergerakan harga minyak mentah dibayangi oleh kekhawatiran bahwa Amerika Serikat (AS) tidak akan mempertimbangkan rencana perjanjian nuklir dengan Iran. Hal ini dinilai akan mengganggu ekspor minyak mentah anggota OPEC.
Mengutip CNBC, harga minyak mentah Brent ditutup pada harga 100,2 dollar AS per barrel atau naik 1 persen, sementara West Texas Intermediate (WTI) berakhir pada level 94,8 dollar AS per barrel atau naik 0,3 persen.
Iran mengatakan telah menerima tanggapan dari AS terhadap kesepakatan final untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Teheran 2015 dengan negara-negara besar. Pergerakan harga minyak juga didukung oleh pernyataan Arab Saudi, bahwa OPEC akan mempertimbangkan opsi pemangkasan produksi, meskipun sinyal ekonomi bearish.
Baca juga: Ini Dampaknya jika Indonesia Ngotot Beli Minyak Mentah dari Rusia
Brent dan WTI sempat menyentuh harga tertinggi pada pekan sebelumnya, setelah menteri energi Arab Saudi mengungkapkan rencana pemangkasan produksi tersebut. Sumber OPEC mengatakan, setiap pemotongan oleh kelompok produsen dan sekutunya, kemungkinan akan bertepatan dengan kembalinya minyak Iran ke pasar jika Teheran mengamankan kesepakatan nuklir.
Seorang pejabat AS pada hari Senin mengatakan, Iran telah membatalkan beberapa tuntutan utamanya dalam negosiasi untuk menghidupkan kembali kesepakatan untuk mengendalikan program nuklir Teheran.
“OPEC+ sudah memproduksi 2,9 juta barel per hari atau kurang dari targetnya. Prospek harga minyak dan pasokan menunjukkan bahwa pemotongan pada pasokan minyak OPEC+ saat ini tidak dijamin," kata analis PVM Stephen Brennock.
Baca juga: Akhiri Tren Pelemahan, Wall Street Ditutup Menguat
“Pasokan minyak global bisa terpukul saat memasuki puncak musim badai AS dalam waktu dekat. Di tempat lain, pemadaman pasokan Libya tidak dapat diabaikan sementara produksi minyak Nigeria menunjukkan sedikit tanda perbaikan,” tambah Brennock.
Harga minyak mentah pada awal perdagangan sempat turun setelah data pemerintah AS menunjukkan permintaan bensin yang berkurang. Hal ini menandakan perlambatan signifikan dalam kegiatan ekonomi.
Data permintaan bensin menunjukkan dalam empat pekan terakhir, rata-rata pasokan produk bensin harian turun 7 persen, di bawah periode tahun sebelumnya.
"Permintaan bensin yang anjlok menyeret pasar turun," kata Andy Lipow, presiden Lipow Oil Associates di Houston, Texas.
Baca juga: Mampukah IHSG Lanjutkan Tren Penguatan pada Hari Ini?
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Harga Minyak Mentah Dunia Naik, Ini Penyebabnya - Kompas.com - Kompas.com
Read More
No comments:
Post a Comment