Rechercher dans ce blog

Sunday, August 28, 2022

Harga Pertalite Naik 1 September? Awas Rupiah Jeblok! - CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah sukses menguat 0,13% melawan dolar Amerika Serikat (AS) pekan lalu ke Rp 14.815/US$, saat hampir semua mata uang utama Asia mengalami pelemahan. Ringgit Malaysia yang juga mampu menguat, tetapi lebih karena faktor teknikal sebab nilainya sempat jeblok ke level terlemah dalam 5 tahun di RM 4,489/US$, sebelum menguat 0,2% ke RM 4,465/US$.

Penguatan rupiah tidak lepas dari kejutan kenaikan suku bunga Bank Indonesia (BI) sebesar 25 basis poin menjadi 3,75%.

Namun, isu kenaikan bahan bakar minyak (BBM) subsidi Pertalite dan Solar membuat rupiah tertekan. Isu tersebut masih akan mempengaruhi pergerakan rupiah di pekan ini.


Informasi yang diterima oleh CNBC Indonesia, kenaikan harga BBM Pertalite dan Solar Subsidi ini akan diumumkan pada 31 Agustus ini, dan harga baru kedua BBM tersebut akan berlaku pada 1 September 2022 ini.

"Pada hari Senin (29/8/2022) akan ada rapat lanjutan mengenai tindak lanjut rapat-rapat sebelumnya," ungkap sumber tersebut kepada CNBC Indonesia, Sabtu (27/8/2022).

Sementara itu, dari sumber tersebut juga, kemungkinan kenaikan harga BBM Pertalite di SPBU Pertamina masih akan berada di bawah Rp 10.000 per liter dengan range kenaikan Rp 1.000 sampai Rp 2.500 dari harga yang saat ini Rp 7.650 per liter. "Kemungkinan di bawah Rp 10.000/liter," kata sumber tersebut.

Jika harga Pertalite Rp 10.000/liter atau sedikit di bawahnya, artinya kenaikannya dari harga saat ini sebesar 30%. Berkaca dari 2013 dan 2014, saat pemerintah menaikkan harga BBM Premium sekitar 30%, nilai tukar rupiah merosot, sebab inflasi melesat ke atas 8%.

Di akhir Oktober 2014, sebelum kenaikan BBM Premium, rupiah berada di kisaran Rp 12.080/US$ kemudian terus melemah hingga menyentuh Rp 12.930/US$ pada pertengahan Agustus. Pelemahannya tercatat lebih dari 7% dalam satu setengah bulan.

Hal yang sama juga terjadi setahun sebelumnya. Pemerintah menaikkan harga BBM di bulan Juni 2013 yang memicu kenaikan inflasi hingga 8,38% year-on-year (yoy). Rupiah pun terus mengalami pelemahan hingga menembus ke atas Rp 10.000/US$. Pelemahan rupiah diperparah dengan isu tapering oleh bank sentral AS (The Fed).

Selain itu kenaikan BBM, rilis data inflasi Indonesia serta data tenaga kerja Amerika Serikat akan menjadi perhatian utama.

Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR mulai berbalik arah dan menguat pada pekan lalu setelah menyentuh resisten kuat Rp 14.885/US$ hingga Rp 14.890/US$ yang merupakan rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA50), mampu menahan pelemahan rupiah dan berbalik menguat tajam Selasa (23/8/2022).

Rupiah sebelumnya sempat melemah 5 hari beruntun yang membuatnya kembali ke atas Rp 14.730/US$, yang merupakan Fibonacci Retracement 61,8%.

Fibonacci Retracement tersebut ditarik dari titik terendah 24 Januari 2020 di Rp 13.565/US$ dan tertinggi 23 Maret 2020 di Rp 16.620/US$.

idrGrafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv 

Sementara itu indikator Stochastic pada grafik harian kini berada di dekat wilayah jenuh beli (overbought).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Stochastic bergerak naik tetapi belum mencapai wilayah jenuh beli, sehingga tekanan bagi rupiah cukup besar.

Resisten terdekat kini berada di Rp 14.850/US$, jika ditembus rupiah berisiko melemah dan menguji MA 50 lagi di kisaran Rp 14.895/US$ - Rp 14.900/US$.

Jika MA 50 ditembus dan rupiah tertahan di atasnya, rupiah berisiko merosot di pekan ini.

Sementara itu support terdekat berada di kisaran Rp 14.800/US$. Penembusan ke bawah level tersebut akan membawa rupiah ke Rp 14.770/US$, sebelum menuju support kuat Rp 14.730/US$. Jika level tersebut bisa ditembus, rupiah berpeluang menguat lebih tajam.

TIM RISET CNBC INDONESIA 

Artikel Selanjutnya

Tunggu Kejutan dari BI, Rupiah Melemah Lagi


(pap/pap)

Adblock test (Why?)


Harga Pertalite Naik 1 September? Awas Rupiah Jeblok! - CNBC Indonesia
Read More

No comments:

Post a Comment

Lebih Murah dari Daihatsu Sigra, Harga Mobil Listrik DFSK Mini EV Mulai Rp 120 Juta Jika Kena Subsidi - MSN

Lebih Murah dari Daihatsu Sigra, Harga Mobil Listrik DFSK Mini EV Mulai Rp 120 Juta Jika Kena Subsidi © Disediakan oleh GridOto DFSK Mini ...