Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara terus melandai bahkan mencapai level terendah dalam lebih dari 2,5 bulan. Pada perdagangan Kamis (27/10/2022), harga batu bara kontrak November di pasar ICE Newcastle ditutup di US$ 372,35 per ton. Harganya melandai 0,56% dibandingkan perdagangan hari sebelumnya.
Harga tersebut adalah yang terendah sejak 8 Agustus 2022 atau lebih dari 2,5 bulan terakhir. Dalam sepekan, harga batu bara juga ambles 6% secara point to point. Harga batu bara juga masih jeblok 11,9% sebulan.
Pelemahan harga batu bara kemarin memperpanjang tren negatif pasir hitam yang melemah dalam lima hari terakhir. Pelemahan sepanjang lima hari perdagangan beruntun ini adalah yang pertama kalinya terjadi sejak September.
Sepanjang tahun ini, hanya lima kali batu bara melemah selama lima hari beruntun yakni pada pertengahan Maret, akhir April, pertengahan Juni, awal September, serta sepekan terakhir.
Pelemahan batu bara terus terjadi setelah sejumlah lembaga memproyeksi permintaan pasir hitam akan melemah ke depan sehingga harganya turun.
Dalam laporannya, Administrasi Informasi Energi (EIA) Ameika Serikat (AS) memperkirakan produksi batu bara AS naik hingga 20 juta short ton menjadi 598 juta short ton atau 542,5 juta ton pada 2022.
Namun, share produksi listrik AS dari pembangkit batu bara kepada listrik secara keseluruhan akan turun dari 23% pada 2021 menjadi 20% pada 2022 dan 19% pada 2023.
Sebaliknya, share produksi listrik dari sumber energi gas akan mencapai 38% pada 2022, naik dibandingkan pada 2021 yang tercatat 2021. Namun, sharenya akan turun menjadi 36% pada 2023.
"Pertumbuhan share dari pembangkit energi terbarukan membatasi pertumbuhan produksi listrik gas alam dan batu bara. Share mereka akan terus menurun karena sejumlah pembangkit batu bara berhenti beroperasi," tulis EIA.
Produksi listrik pembangkit batu bara diperkirakan akan lebih rendah 6% pada 2022 dibandingkan tahun sebelumnya. Pada 2021, produksi listrik pembangkit batu bara naik 16% pada 2021 karena naiknya permintaan listrik.
"Produksi listrik dari pembangkit batu bara terus turun karena pasokannya yang berkurang. Kami memperkirakan produksi batu bara naik kurang dari 2% selama 2020. Produksi lebih banyak akan diekspor," tulis EIA.
Sebelumnya, perusahaan riset pasar McCloskey memperkirakan harga batu bara Eropa diperkirakan akan melandai pada tahun depan karena membaiknya pasokan dan melemahnya permintaan.
McCloskey memperkirakan harga batu bara pada 2024 ada di bawah US$ 250 per ton pada 2023 dan di bawah US$ 200 per ton pada 2024
Sementara itu, Fitch Solutions mengatakan tingginya harga gas dunia membuat negara-negara Asia dan Eropa meningkatkan penggunaan batu bara dalam jangka pendek.Kondisi ini ikut mendongkrak harga batu bara tahun ini.
"Namun, kami memperkirakan kapasitas pembangkit batu bara akan menurun dalam jangka panjang karena komitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca" tutur Fitch, dikutip dari Reuters.
Fitch memperkirakan produksi listrik dari pembangkit batu bara di Eropa akan turun dari 540 terra watt hour (TWh) pada 2022 menjadi 490 TWh pada 2031 sejalan dengan peningkatan energi hijau.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Investor Lirik Lagi Batu Bara, Sinyal Energi Hijau Meredup?
(mae/mae)
Ambruk 6%, Harga Batu Bara Jatuh ke Level Terendah 2,5 Bulan! - CNBC Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment