Jakarta, CNBC Indonesia - Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) menolak wacana impor beras sekitar 500 ribu ton. Pasalnya, menurut Sekjen HKTI Sadar Subagyo, pemerintah sendiri menyatakan Indonesia surplus beras 6,7 juta ton di tahun 2022.
Subagyo mengutip data Kementerian Pertanian, Badan Pangan Nasional (Bapanas), dan Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyatakan produksi beras nasional tahun 2022 akan berlebih 1,7 juta ton. Ditambah stok tahun 2021 (carry over) menjadikan surplus hingga akhir tahun 2022 diprediksi mencapai 6,7 juta ton.
"Dengan demikian, HKTI menolak wacana impor beras tahun ini," kata Subagyo kepada CNBC Indonesia dikutip Jumat (2/12/2022).
Seharusnya, lanjut dia, Bulog yang harus berbenah agar bisa mencegah lonjakan harga beras di pasar.
"Perbaiki tata kelola Bulog. Serap pada waktu panen raya, salurkan pada waktu paceklik. Jangan bersamaan serap dan salurkan. Kan di Bulog banyak orang pintar, harusnya bisa merencanakan supply chain bagaimana dan bisa prediksi," tukas dia.
Seperti diketahui, Bulog mewacanakan impor beras karena stok yang tipis di bawah 600 ribu ton dari seharusnya 1,2 juta ton. Keterbatasan stok itu dikhawatirkan memicu persoalan baru jika di dalam negeri terjadi kondisi tak terduga, seperti bencana alam dan harga-harga sembako yang semakin meninggi.
Senada dengan Bulog, Bapanas juga memperingatkan, stok yang minim berbahaya karena Bulog bertugas mengintervensi pasar saat terjadi gejolak harga di pasar.
Mengutip paparan Direktur Utama Bulog Budi Waseso (Buwas) saat rapat dengar pendapat (RDP) bersama Eselon I Kementan dan Bapanas dengan Komisi IV DPR, Rabu (23/11/2022), pengadaan beras oleh Bulog sejak awal tahun 2022, tertinggi di bulan April dengan 201.222 ton. Kemudian, Juni dengan 146.160 ton dan Mei dengan 138.684 ton. Bulan November berjalan Bulog tercatat menyerap 104.978.
Di luar bulan tersebut, pengadaan beras Bulog di bawah 100 ribu ton per bulan, bahkan ada yang di bawah 50 ribu ton.
Pada saat bersamaan, produksi beras nasional bulan April 2022 tercatat sebesar 4,45 juta ton, setelah mencapai puncak di bulan Maret dengan 5,49 juta ton.
"Kalau Bulog hanya beli 200-an ribu ton ya kurang. Apalagi katakan penyaluran sebulan bisa 250 ribu ton," kata Subagyo.
"Bulog kan bisa mendekati bandar-bandar beras itu. Nggak perlu boyong ke gudang Bulog. Titip aja di penyimpanan mereka. Tapi bikin komitmen, akan ambil kapan, berapa banyak. Seperti konsinyasi," tambahnya.
Dengan begitu, lanjut dia, Bulog juga seharusnya bisa merencanakan kapan melakukan intervensi saat harga di pasar melonjak gila-gilaan.
"Jangan asal operasi pasar setiap bulan. Lihat-lihat dulu. Jangan asal bereaksi, dengan dalih menekan inflasi. Kemarin BBM naik 30% efek inflasinya lebih tinggi lagi," katanya.
"Jadi nggak masuk akal di saat produksi surplus tapi impor. Menurut saya ini masalah manajemen di Bulog. Kenapa mendadak gini? Seharusnya kan bisa diprediksi setahun sebelumnya?," tambah Subagyo.
Sementara itu, Subagyo mengutip data Bapanas, sebaran stok beras nasional pada pekan kedua November 2022, sebanyak 3.320.246,88 ton adai di rumah tangga, 1.444.449,67 ada di penggilingan, dan 849.010,68 di pedagang.
Sisanya di Bulog, juga Horeka (hotel, restoran, dan kafe), Pasar Induk Beras Cipinang, dan lumbung pangan masyarakat.
Harga-harga Serba Melonjak
Sementara, imbuh dia, petani harus menanggung kenaikan biaya-biaya produksi.
"Sekarang, biaya produksi gabah naik sekitar 20%. Kenaikan dolar Amerika Serikat (AS) otomatis memengaruhi harga saprotan (sarana produksi pertanian) meski persentasenya nggak begitu besar," jelasnya.
"Tapi, harga pupuk nonsubsidi naik tajam karena gas yang naik tajam serta terhentinya pasokan pospat dan kalium akibat perang," tambahnya.
Kenaikan biaya produksi itu, kata Subagyo, menambah beban petani.
"Biaya produksi gabah tahun lalu masih Rp4.300 per kg GKP (gabah kering panen). Sekarang sekitar Rp5.500 per kg GKP," ungkap Subagyo.
Sementara, harga pembelian GKP kualitas air 25% dan kadar hampa 10% maksimal masih dipatok Rp4.200 per kg di petani dan Rp4.250 per kg di penggilingan.
Harga itu mengacu Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No 24/2020 tentang Penetapan Harga Pembelian Pemerintah untuk Gabah atau Beras.
Di sisi lain, harga beras terpantau masih melanjutkan kenaikan.
Panel Harga Badan Pangan Nasional mencatat, harga beras rata-rata nasional hari ini, Jumat (2/12/2022 pukul 12.35 WIB) naik Rp70 jadi Rp12.830 per kg premium dan naik Rp70 jadi Rp11.250 per kg medium.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto faktor suplai dan demand (permintaan) jadi faktor berpengaruh bagi kenaikan harga beras hingga jadi salah satu penyumbang inflasi tertinggi di bulan November 2022.
"Produksi beras di kuartal keempat tahun 2022 mengalami koreksi. Terjadi penurunan produksi di bulan Desember, akibatnya shortage stok beras nasional," kata Setianto dalam keterangan pers, Kamis (1/12/2022).
Kondisi ini diperparah kenaikan biaya produksi. Belum lagi, pedagang yang mengkhawatirkan keterbatasan pasokan juga melakukan antisipasi sehingga harga di pedagang naik.
Akibatnya, kata Setianto, kurangnya pasokan ditambah permintaan yang naik jelang akhir tahun memicu kenaikan harga beras.
"Ini beberapa hal penyebab fluktuasi harga beras," katanya
Secara umum, Setianto mengakui, kenaikan harga BBM turut andil memicu kenaikan harga-harga bahan pangan.
BPS mencatat, harga beras di bulan Oktober 2022 atau setelah kenaikan harga BBM di awal September 2022 naik dari sebelumnya di bawah Rp11.600 per kg ke Rp11.837 per kg dan terbang lagi ke Rp11.877 per kg di bulan November.
"Tahun 2021 lalu belum ada kenaikan harga BBM, sehingga dugaan kami kenaikan harga saat ini adalah second round effect BBM terhadap produk pertanian," jelas Setianto.
"Jika melihat harga tanaman pangan, khususnya padi, di tingkat produsen justru harga gabah kering giling turun atau deflasi 1,79% secara month to month (mtm/ bulanan). Di tingkat grosir naik 0,6% dan di tingkat eceran naik 0,37% secara bulanan," pungkas Setianto.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Alert! Usai Swasembada, Tahun Ini RI Terancam Impor Beras
(dce/dce)
Perih Nasib Petani RI, Harga-harga Naik, Mau Dihajar Impor - CNBC Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment