Jakarta, CNBC Indonesia - Harga timah longsor terbebani kekhawatiran atas perlambatan ekonomi global. Ekspektasi atas permintaan timah dunia menurun.
Pada Rabu (22/6/2022) pukul 16:50 WIB harga timah dunia tercatat US$ 29.830/ton, turun 4,82% dibandingkan harga penutupan sebelumnya.
Harga timah telah turun sebesar 19,6% secara point-to-point selama dua pekan perdagangan terakhir. Saat ini posisi harga timah pun berada di level terendah sejak Mei 2021. Ini karena kenaikan suku bunga masih membayangi laju harga timah.
Menurut analis SMM, kekhawatiran resesi timbul setelah bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserves/The Fed) mengatakan "bahasa melawan inflasi yang paling hawkish hingga saat ini". Serta komitmen untuk memulihkan stabilitas harga adalah "tak bersyarat".
Para investor menanti pernyataan Powell terkait langkah lanjutan bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserves/The Fed) setelah kenaikan suku bunga sebesar 75 basis poin. Menurut perangkat FedWatch milik CME group, investor melihat probabilitas sebesar 98,1% The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin menjadi 2,25-2,5%.
Sementara itu, China melaporkan 126 kasus virus Corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) baru pada 21 Juni, di mana 31 di antaranya bergejala dan 95 tidak menunjukkan gejala, berdasarkan data Komisi Kesehatan Nasional.
Ibu kota China, Beijing, melaporkan empat kasus gejala lokal baru dengan dua kasus baru tanpa gejala. Shanghai juga melaporkan empat kasus baru bergejala lokal, di mana empat kasus baru tanpa gejala.
Kondisi Covid-19 di China menambah kekhawatiran akan penurunan permintaan timah. China sendiri adalah konsumen timah terbesar di dunia. Konsumsi timah China mencapai 216.200 ton pada tahun 2020, melansir Statista. Sehingga permintaan dari Negeri Panda dapat berpengaruh terhadap harga timah dunia.
"Logam dasar tetap tertekan oleh prospek permintaan yang menantang terkait dengan penguncian Covid-19 China dan pengetatan kebijakan moneter yang meningkatkan kekhawatiran resesi atas trade-off antara inflasi dan pertumbuhan," tulis Standard Chartered dalam sebuah catatan.
"Kami mengharapkan kompleks logam dasar untuk terus mengambil isyarat dari perkembangan makro, pergerakan dolar AS, pergerakan pasar eksternal dan tren selera risiko."
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Pasokan di Gudang Luber, Harga Timah Tercecer
(ras/ras)
Ambyar! Harga Timah Jatuh Nyaris 5% - CNBC Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment