Jakarta, CNBC Indonesia - Kekhawatiran para investor terhadap resesi dunia memberikan tekanan kepada pasar timah. Akibatnya harga timah dunia merosot dan mencapai posisi terendah sejak Juni 2021.
Pada Senin (20/6/2022) pukul 14.16 WIB harga timah dunia tercatat US$ 30.400/ton, anjlok 2,51% dibandingkan dengan harga penutupan akhir pekan lalu.
"Logam dasar ShFE dan LME sebagian besar ditutup di zona negatif karena pelaku pasar kembali sangat khawatir tentang resesi ekonomi," kata analis SMM, Senin (20/6/2022).
Menurutnya kekhawatiran resesi timbul setelah bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed) mengatakan "bahasa melawan inflasi yang paling hawkish hingga saat ini". Serta komitmen untuk memulihkan stabilitas harga adalah "tak bersyarat".
The Fed menaikkan suku bunga sebesar 0,75% menjadi 1,75%. Kenaikan ini lebih tinggi dari konsensus awal yang memperkirakan The Fed hanya akan menaikkan suku bunga sebesar 0,5%.
Naiknya suku bunga dipandang investor dapat mengerem lau pertumbuhan ekonomi dunia. Hal ini dikhawatirkan akan memangkas permintaan global untuk timah.
"Kekhawatiran pertumbuhan ekonomi yang lebih lemah karena bank sentral menaikkan suku bunga membebani sentimen di pasar logam dasar," kata ahli strategi komoditas di ANZ dalam sebuah catatan.
Sementara itu, persediaan timah batangan di gudang yang dipantau oleh pasar logam London (LME) naik 235 ton atau 7,8% secara point-to-point (ptpt) pada Jumat lalu. Sehingga jumlah persediaan di gudang tercatat 3.260 ton. Angka tersebut sudah naik 1.240 ton atau 61,4% ptp sepanjang 2022.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Produksi Diramal Dunia Pulih Tahun Ini, Harga Timah Melemah
(ras)
Hantu 'Resesi' Makin Nyata, Harga Timah Ambles - CNBC Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment