NEW YORK, KOMPAS.com – Harga minyak mentah dunia mengalami penurunan pada perdagangan Jumat (22/7/2022). Penurunan harga minyak didorong oleh prospek permintaan yang turun dan kenaikan produksi minyak Libya.
Mengutip Bloomberg, harga minyak mentah West Texas Immediately (WTI) kontrak September 2022 turun 1,7 persen ditutup pada harga 94,7 dollar AS per barrel. Sementara itu, harga minyak mentah Brent di level 103,2 dollar AS per barrel atau melemah 0,6 persen.
Menurut Stephen Innes, pengelola partner di SPI Asset Management, pergerakan harga minyak mentah dunia pada perdagangan Jumat sangat volatile karena ekonomi global mulai menunjukkan arah perlambatan.
Baca juga: Erick Thohir Tunjuk Charles Sitorus Jadi Komisaris PLN
Dia mengatakan perlambatan ekonomi ini juga seiring dengan kebijakan bank sentral dunia untuk menaikkan suku bunga secara agresif, setelah sebelumnya menerapkan kebijakan moneter yang ulta longgar untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di masa pandemi Covid-19.
"Segalanya masih negatif di bidang ekonomi, tetapi kami masih kekurangan struktural untuk minyak yang harganya bergerak cepat di tengah ketidakpastian akibat kondisi geopolitik," kata Stephen Innes seperti dikutip CNBC.
Innes mengatakan investor juga tengah menanti keputusan Federal Reserve AS pekan depan terkait dengan potensi kenaikan suku bunga. Sebelumnya, pejabat Fed telah mengindikasikan bank sentral kemungkinan akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin pada pertemuan 26-27 Juli mendatang.
"Kenaikan 75 basis poin sudah diperkirakan, berbagai update ke depan akan menjadi penting dalam memperkiran potensi kenaikan suku bunga, ini bagus untuk pertumbuhan global," kata Innes.
Baca juga: Lonjakan Harga Cabai Merah Bakal Kerek Inflasi
Di sisi lain, tanda-tanda melemahnya permintaan AS yang mulai terlihat membebani harga minyak dan mendorong nilai kontrak acuan yang turun sekitar 3 persen. Sementara itu, kekhawatiran pasar akan jumlah pasokan kini mulai mereda, setelah Libya melanjutkan produksi minyaknya di awal pekan ini.
“Produksi Libya pulih, tetapi dengan bentrokan di ibu kota tidak ada yang tahu berapa lama pemulihan produksi akan berlangsung,” kata Giovanni Staunovo, seorang analis di UBS.
Saat ini, Libya tengah dihadapkan masalah politik, di mana terjadi bentrokan antara faksi-faksi yang dinilai bisa memicu konflik baru. Staunovo juga mengatakan pasar masih mencermati perkiraan produksi awal OPEC untuk minggu depan.
Sementara itu, permintaan bensin serta bahan bakar sulingan di India menunjukkan kenaikan pada rekor tertinggi di bulan Juni 2022 meskipun harga lebih tinggi. Adapun nilai konsumsi produk olahan minyak naik 18 persen.
“Kilang minyak yang beroperasi juga terlihat cukup sibuk. Ini menandakan pemulihan yang lebih cepat dan kuat dari tahun-tahun sebelumnya, saat India dilanda Covid-19," kata analis RBC Michael Tran.
Baca juga: Alih Kelola Bandara Halim Perdanakusuma ke Swasta Harus atas Persetujuan Sri Mulyani
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Harga Minyak Mentah Dunia Kembali Turun, Ini Penyebabnya - Kompas.com - Kompas.com
Read More
No comments:
Post a Comment