Jakarta, CNBC Indonesia - Emas masih betah bergerak di zona merah. Pada perdagangan Rabu (31/8/2022) pukul 06:14 WIB, harga emas dunia di pasar spot berada di US$ 1.722,83 per troy ons. Harga emas melemah 0,04%.
Pelemahan pagi ini memperpanjang tren negatif harga emas yang sudah berlangsung sejak Jumat pekan lalu. Pada perdagangan kemarin, harga emas juga turun 0,82% ke posisi US$ 1.723,55 per troy ons.
Dalam sepekan, harga emas sudah jatuh 1,6% secara point to point. Dalam sebulan, harga emas sudah amblas 2,8% sementara dalam setahun anjlok 5%.
Jika dihitung sejak awal tahun, harga emas juga sudah amblas 5,8%. Pergerakan emas saat ini juga mendekati level US$ 1.600 padahal 18 Agustus lalu masih di kisaran US$ 1.800 per troy ons.
David Meger dari High Ridge Futures mengatakan terkaparnya emas tidak bisa dilepaskan dari pernyataan hawkish Ketua Bank Sentral Amerika Serikat (AS)/The Federal Reserve Jerome Powell pada simposium Jackson Hole, pekan lalu.
Pernyataan Powell menjadi pengingat bahwa kenaikan suku bunga dalam jumlah besar masih akan terjadi ke depan. Pasar kini berekspektasi jika the Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 bps pada September mendatang.
"Tekanan demi tekanan datang dan membebani pergerakan harga emas dari pernyataan Powell hingga ekspektasi kenaikan suku bunga. Emas sebagai aset yang tidak menawarkan imbal hasil menghadapi persaingan yang lebih kuat," tutur Meger, seperti dikutip dari Reuters.
Lukman Otunuga dari FXTM mengatakan trader dan investor sebenarnya sudah melakukan priced in terhadap kenaikan suku bunga acuan secara agresif pada Mei-Juli. Namun, emas masih saja tertekan karena kenaikan suku bunga diperkirakan akan terus berlanjut.
"Sebagian besar risiko sudah priced in melalui kenaikan suku bunga tetapi emas masih terancam melemah jika kenaikan terus terjadi," tutur Otunuga.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Artikel Selanjutnya
Harga Emas Naik Sih, Tapi Tipiiisss...
(mae/mae)
Derita Tiada Akhir, Harga Emas Turun Terus... - CNBC Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment